Selasa, 17 Agustus 2010

Ramadhan Asyik Bareng Ediq

Dalam rangka mengisi ramadhan 1431H, Yayasan Baiturrahman Banten kembali mengadakan acara yang bernuansa religius.Bekerja sama dengan STMIK Baja Serang, yayasan sosial tersebut menyelenggarakan Spiritual Motivation Training terhadap masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan. Dibawah koordinasi EDIQ (Education Digest by Quran) masyarakat Serang dan sekitarnya diajak kembali merenungi nilai-nilai dan potensi yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia, serta tugas dan kewajiban yang diamanahkan kepada insan yang diberi predikat sebagai khalifatul fil ardhi.
Acara yang diselenggarakan dalam dua periode ini yaitu pada tanggal 15 Agustus 2010 dan 29 Agustus 2010 bertempat di Kampus STMIK BAJA, Serang, memberikan stimulus yang cukup mendasar bagi para peserta. Banyak yang merasakan bahwa selama ini ternyata hanya menjalani kehidupan yang semu, kehidupan yang hanya berorientasi kepada keduniaan semata.Hal ini tidak ubahnya dengan perilaku hewan yang menjalani kehidupan berdasarkan rutinitas belaka.Bangun tidur, kerja, makan dan tidur lagi.(seperti lagunya mbah Surip alm).
 Setelah mengikuti Smart EDIQ barulah mereka seperti terjaga dari tidur panjangnya. Dengan semangat ramadhan 1431H mereka berazam ingin kembali kepada fitrahnya sebagai manusia. Dari siapa kita diciptakan, untuk apa kita diciptakan dan akan kemana setelah ini. Dengan semboyan "say no to musyrik kepada Allah, no zina, no minuman keras, no bohong, no korupsi, insya Allah peserta Smart EDIQ ini akan merupakan pilar bagi turunnya rahmatullah apalagi jika terus disosialisasikan nilai-nilai Quran dalam aplikasi nyata bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya.
Harapan panitia acara ini dapat terus diselenggarakan dengan jumlah peserta yang makin meningkat,karena hal ini mengindikasikan akan semakin membaiknya kondisi akhlaq warga Serang khususnya.
Read More..

Senin, 09 Agustus 2010

Melihat Awal Ramadhan dengan Stellarium

Beberapa hari lagi, kaum Muslim di seluruh dunia bakal menjalani salah satu rukun Islam yakni berpuasa di bulan Ramadhan. Namun, penentuan 1 Ramadhan membutuhkan perhitungan matang dan akurat. Hal itu disebabkan kalender Islam (Qomariyah) merujuk pada perputaran bulan sedangkan perhitungan kalender masehi, kalender yang digunakan di Indonesia merujuk pada perputaran matahari (Syamsiyah). Sebabnya, penentuan 1 Ramadhan harus didahului dengan memastikan apakah bulan baru telah muncul di ufuk timur atau dalam ajaran Islam disebut (hilal).

Di Indonesia, terdapat dua metode yang dipergunakan. Metode pertama dikenal dengan istilah rukyat. Metode ini menggunakan pandangan mata apakah bulan baru telah muncul saat maghbrib atau tidak.

Metode kedua dikenal dengan istilah hisab. Metode hisab menentukan 1 Ramadhan dengan perhitungan matematika astronomi. Kedua metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bagi masyarakat awam yang ingin mengetahui jatuhnya 1 Ramadhan mungkin bakal kesulitan menggunakan kedua metode ini.

Tapi jangan khawatir, bagi masyarakat awam yang ingin mengetahui kapan 1 Ramadhan tiba bisa mencoba aplikasi Stellarium. Stellarium merupakan aplikasi yang sejatinya adalah planetarium dalam bentuk program komputer. Dari aplikasi ini, masyarakat bisa melihat ilustrasi astronomi dengan perhitungan kordinat bumi.

Cara menggunakannya pun cukup mudah. Pertama, tentukan dulu lokasi dimana anda berada. Setelah itu buka menu bar yang berada di sebelah kiri. Untuk mengetahui tanggal berapa 1 Ramadhan, anda cukup melihat tanggal berapa dalam kalendar masehi berposisi warna merah atau 1 Syawal. Setelah itu hitung mundur 30 hari dari tanggal tersebut. Selanjutnya, masukan hari yang dimaksud.

Usai memasukan tanggal hitung mundur tersebut lalu dicek apakah bulan sudah muncul disaat maghrib tiba. Jika belum, maka hari itu bukanlah 1 Ramadhan. Sebagai langlah lanjutan, anda coba hari berikutnya, bila terdapat bulan saat magrib tiba maka bisa dipastikan hari itulah 1 Ramadhan. Perlu diperhatikan, tingkat akurasi aplikasi ini memang belum bisa dipertanggungjawabkan. Karena itu, posisi aplikasi ini hanya sebatas memberikan gambaran kapan 1 Ramadhan tiba. Meski demikian, bagi yang ingin coba mengetahui kapan jatuhnya 1 Ramadhan bisa mengunduh aplikasi ini secara gratis di http://www.stellarium.org/.Sumber: Republika.co.id
Read More..

Jumat, 30 Juli 2010

Pembatal-pembatal syahadat (nawaqidhu asy-syahadah)

Kata nawaqidh adalah bentuk jamak dari asal kata naqidh, artinya “yang merusak”. Maka kata nawaqidh syahadah berarti yang merusak dan membatalkan makna syahadat, dimana meyakini, mengucapkan dan mengamalkan makna syahadat tidak secara otomatis membuat ia disebut muslim, serta bebas dari semua yang menyalahi Islam. Sehingga apabila salah satu dari hal-hal yang membatalkan syahadat itu ada pada diri seseorang, maka ia tidak dapat disebut muslim dan tidak diperlakukan dengan hukum yang diberlakukan muslim, melainkan diperlakukan dengan hukum yang diberlakukan kepada orang-orang kafir atau musyrik. Ini bila pembatal syahadat itu terdapat dalam dirinya sejak awal.

Tetapi ia disebut murtad bila melakukan salah satu pembatal syahadat setelah masuk Islam. Sekalipun ia telah meyakini kebenarannya dengan hatinya, mengucapakan dengan lisannya dan melaksanakannya dengan raganya.
Pertama, ketidaktahuan (jahl) akan makna syahadat. Dengan demikian, mengucapkan syahadat tanpa mengetahui maknanya sama sekali tidak bermanfaat baginya.
Kedua, keraguan (syakk) akan sebagian atau seluruh makna syahadat. Karena dengan begitu ia sebenarnya menganggap kebolehan dan ketidakbolehannya sama saja. Bahkan andaikan pun ia menganggap salah satu atas yang lain, hal itu tetap membutuhkan keyakinan.
Ketiga, mempersatukan (syirk) Allah dengan sesuatu selain Dia.

إِنَّنِيْ بَرَآءٌ مِمَّا تَعْبُدُوْنَ . إِلاَّ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ فَإِنَّهُ سَيَهْدِيْنِ . وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فيِ عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ (الزخرف : 26-28)
"Sesungguhnya aku tidak bertanggungjawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku, karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS az-Zukhruf : 26-28).
Dan ini menuntut adanya pengetahuan tentang syirik dan batasan-batasannya, agar kita dapat menghindari syirik dan para pelakunya.
Keempat, kedustaan dalam akidah (nifaq), yakni menampakkan iman dan menyembunyiakn kekufuran.
يَقُوْلُوْنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ مَا لَيْسِ فيِ قُلُوْبِهِمْ (الفتح : 11)
“Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya.” (QS al-Fath : 11).
Lawan dari nifaq adalah mengetahui makna syahadat tauhid, menerimanya dengan hatinya, melaksanakan semua kewajiban yang menjadi konsekensinya, sedang hatinya jujur dengan apa yang diucapkan oleh lisannya.
Kelima, membenci terhadap syahadat dengan segala maknanya, memusuhi orang-orang yang meyakini kebenarannya dan para penyerunya, serta berusaha menjauhkan manusia darinya dengan jalan menyeru kepada hal-hal yang bertentangan dengan kalimat itu, serta mendukung dan mencintai para penyeru tersebut dan menjadikan mereka sebagai sekutu selain Allah.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللهِ أَنْدَادًا يُحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللهِ (البقرة : 165)
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” (QS al-Baqarah : 165; at-Taubah : 21).
Keenam, meninggalkan makna dan lafazh syahadat serta tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban yang sudah menjadi konsekuensinya, baik secara umum maupun parsial, dimana ia tidak melaksanakan rukun Islam dan perbuatan Islami; sekalipun ia mengkalim bahwa ia memahami, meyakini dan mencintai maknanya, serta memusuhi semua yang menyalahinya serta para pelakunya.
Ketujuh, menolak makna dan lafazh syahadat serta keyakinan akan kebenarannya. Karena kaum musyrikin Arab sebenarnya mengetahui makna syahadat, tetapi menolaknya dan tidak menyukainya.
إِنَّهُمْ كَانُوْا إِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُوْنَ وَيَقُوْلُوْنَ أَئِنَّا لَتَارِكُوْا آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُوْنٍ (الصافّات : 36)
“Apabila dikatakan kepada mereka ‘laa ilaaha illallah’ (tiada tuhan selain Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata, ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila’.” (QS ash-Shaffat : 36). (Lihat: al-Madkhalu li Dirasatil ‘Aqidatil Islamiyyah ‘alaa Madzhabi Ahlissunnah wal Jama’ah, Dr. Ibrahim bin Muhammad bin Abdullah Al Buraikan).
Dikutip dari hidayatullah.or.id
Read More..

Sabtu, 17 Juli 2010

Apakah anda seorang muslim?

Ada bahan renungan yang cukup banyak disekitar kita untuk menjadi alat intropeksi bagi diri kita. Salah satu diantaranya adalah mengapa hingga saat ini negeri kita yang sangat kita cintai ini belum juga mencapai suatu negeri yang makmur, gemah ripah loh jinawi tanah air Indonesia koq belum dapat mengantarkan penduduknya pada kondisi susahnya membayar zakat karena tiadanya mustahiq.Justru sebaliknya, penduduknya susah membayar zakat karena memang kebanyakan berada pada keadaan yang mustahiq.Ironis bukan ?
Umat Islam di Indonesia yang secara kuantitas merupakan mayoritas belum dapat memberikan dampak pada sejahteranya rakyat Indonesia secara menyeluruh.Adakah yang salah dalam kondisi ini? Mari kita evaluasi satu persatu.Jikalau muslim Indonesia ini benar-benar mu'min, mau secara istiqomah dan konsekuen menjalankan ajaran-ajaran Al-Quran, penulis yakin haqul yakin, pastilah janji Allah untuk membukakan pintu barokah dari langit dan bumi yang menyebabkan terciptanya negeri yang baldatun thoyibatun warafun ghofur,negeri yang subur dan membuat rakyatnya makmur niscaya akan terwujud.Sekarang salah satu problemnya adalah konsistensi dan istiqomahnya para muslim di negeri kita ini masih mendapatkan rapor merah.(siapa yang kasih nilai yahh?). Hanya sebagian kecil dari muslimin Indonesia yang masih istiqomah.Tingkat kepemahaman muslimin Indonesia terhadap ajaran Al-Quran masih sangat perlu untuk ditingkatkan.Sosok idola muslimin Indonesia banyak yang salah kaprah.Padahal sudah jelas dikatakan bahwa uswah terbaik hanyalah Rasulullah Muhammad Saw.Tapi apa yang terjadi dengan generasi muda muslim Indonesia?Mereka banyak mengidolakan artis-artis yang ternyata perilakunya jauh dari norma-norma kesusilaan sosial apalagi norma agama.Ini yang harus kita luruskan.
Kita harus runut dari awal kualitas muslimin Indonesia ini.Rasulullah bersabda "bangunan Islam itu didirikan diatas lima perkara : syahadatain,sholat,zakat,shaoum Ramadhan dan haji"(maaf penulis ringkas matan haditsnya).
Dari hadits tadi kita lihat bahwa sebelum mendirikan sholat,bayar zakat dan seterusnya , syahadat dulu yang harus kita tegakkan.Itu kalau mengikuti konsep Rasulullah (ingat yang bersabda tentang bangunan Islam tadi sumbernya dari Rasulullah).Lantas sebagian dari kita akan menyanggah,kita khan sudah Islam sejak lahir, orang tua kita Islam, masak kita harus bersahadat lagi.Gak lucu lah yauww...Terus yang lain akan berkata "mana dalilnya atau haditsnya yang menyuruh kita untuk bersahadat karena kita khan sudah Islam dari sononya (maksudnya Islam keturunan).
Pembaca yang budiman,kalau kita memperhatikan hadits diatas dengan jeli, pelan-pelan diresapi,dihayati bunyi hadits tersebut,kita akan mendapati kenyataan bahwa ternyata dalam konteks hadits yang saya ringkas matan-nya tadi tidak ada sedikitpun pengecualian sekali lagi tidak ada pengecualian-bagi siapapun bagi orang yang ingin menegakkan bangunan Islam (menjadi muslim:mau muslim keturunan ataupun muslim karena mualaf),suka tidak suka,harus melewati fase pengakuan "bahwa aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah".Terserah siapa yang akan diyakini sebagai saksinya. Ada yang mengatakan cukuplah Allah menjadi saksi, ada yang berpendapat harus ada ulama atau orang lain yang harus menjadi saksi.
Intinya adalah jikalau awal kita bertindak sudah salah arah maka tindakan selanjutnya akan berdampak semakin salah pula.Banyak muslimin yang sudah menjalankan sholat tapi mengapa kemungkaran dan kemaksiatan masih banyak dilakukan oleh pelaku sholat tersebut.Padahal Allah sudah berkata: "Sesungguhnya sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar".Berarti dalam hal ini ada yang salah terhadap pemahaman sholatnya.Banyak muslimin yang mengerjakan shoum Ramadhan, tapi mengapa setelah Ramadhan usai, iman dan ketakwaannya tidak meningkat.Padahal sasaran daripada shoum adalah agar kita,mu'minin,menjadi insan yang bertakwa(Qs.Al-Baqarah-183).
Hal-hal tersebut diatas terjadi karena dari awal keislaman seseorang belum bersyahadat secara benar serta belum faham akan makna dan konsekwensi syadahadat.
Oleh karena itu saudaraku muslimin,marilah bertanya kembali pada diri kita : Apakah kita benar-benar seorang muslim ? Sudahkah kita bersyahadat untuk kemusliman kita.Siapapun saksinya. Marilah kita lafazkan "Asyhadu anlaa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.
Wallahu 'alam bishowab
Read More..

Senin, 07 Juni 2010

Siapakah Mbah Priok ?(Asal usul TanjungPriok)

Mbah Priok atau Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad adalah penyebar agama Islam di Jakarta Utara pada abad ke-18. Mbah Priok terkait erat dengan sejarah Jakarta. Namanya menjadi asal mula daerah Tanjung Priok yang kita kenal sekarang.

Siapa sangka ternyata asal muasal nama tanjung priok ini berasal dari penghuni makam ini yaitu Al Imam Arif Billah habib Hasan bin Muhammad Al haddad. BEliau adalah seorang ulama sekaligus waliyullah ,Jadi ceritanya begini suatu hari seperti biasa Habib hasan ini berdakwah ke sluruh pelosok2 sampai tempat terpencil dengan sebuah perahu kecil degan dayung2 bersama teman2nya.

Singkat cerita suatu hari tentara Belanda melakukan penyerangan d laut,Hb Hasan terpaksa tidak makan sampai 10 hari hingga akhirnya ia menutup periok(tempat Menaruh nasi)dengan jubahnya, dan subhanallah Ajaib tiba ketika jubahnya dibuka keluarlah nasi dari periok tsb dan beliau makan bersama teman2nya.

Namun ketika masih dalam pelayaran habib diserang oleh ombak besar,
temanya selamat dan tidak sempat menyelamatkan sang ulama. Namun lagi keajaiban terjadi ikan lumba2 mengerumuni jasad beliau dan membawanya ke daratan. Masyarakat sekitar kaget dan takjub akan peristiwa itu.Masyarakat pun sgera mengebumikan beliau, di makam bliau pada saat itu,di posisi kepala beliau ditancapkan dayung yg dipakai beliau mendayung perahu karena dibangun pondok di makam itu maka daerah itu dinamakan pondok dayung,(cek)sedangkan di posisi kaki beliau ada pohon tanjung yang tumbuh,sedangkan di samping makam beliau ditaruh periok, yang setiap hari/taun posisinya bergeser hingga ke lautan, sampai2 ada orang yang melihat periok sebesar rumah muncul dari lautan, maka dari itu daerah itu dinamakan TANJUNG PRIOK(CEK UNTUK MEMBUKTIKAN)

Karena letaknya yang strategis dekat dengan pelabuhan(bahkan lokasinya di Terminal Peti Kemas Koja)maka membuat orang2 yang maruk dengan harta ngiler ingin menggarap tanah ini, bahkan rencana busuk ini sudah dimulai ketika zaman belanda,konon kisahnya ketika pemerintah kolonial ingin membongkar makam ini tiba terdengar ledakan keras dan sinar laser dari dalam makam, sehingga kolonial urung membongkarnya, Ternyata Hal itu terjadi lagi di zaman Soeharto,tommy Soeharto yang dulu menguasai daerah pelabuhan bilang agar kawasan makam jangan diusik, namun rupanya anak buahnya ada yang membandel,maka dibuatlah rencana2,bahkan sang ahli waris diteror,dintimidasi dlll, namun ketika beko (buldoser) sudah mau menancapkan taringnya ke makam beko pun meledak dan opratornya pun tewas seketika, kejadian ini terulang lagi sampai enam kali. Maka dari itu sekarang ini tidak ada lagi yang berani mengusik makam keramat ini.Namun tetap saja ada yang mau merebut tanah ini seperti pihak PELINDO,tetapi para Ulama seluruh Indonesia bahkan mancanegara akan melindunginya karena habib berwasiat jika makam saya dibongkar sampai 3 kali maka bukan tjg priok saja yang bakal tenggelam, Jakarta pun akan tenggelam.
Hikmah: Marilah kita ikuti jejak mbah Priok untuk senantiasa menegakkan kebenaran, amar ma'ruf nahi munkar,mengikuti sunatu Rasull yang merupakan perintah Allah Swt
. Read More..

Senin, 30 November 2009

Indahnya Qurban Dan Haji

Di penghujung nopember 2009 ini umat Islam sedunia tengah menikmati suasana 'Ied Al-Adha, salah satu hari raya yang sangat dinantikan. Hari raya ini sebenarnya jauh lebih meriah suasananya jika dibandingkan dengan 'Ied Al-Fitri jikalau ditilik dari momentumnya. Dijaman Rasulullah dan para sahabat, saat menjelang 'Ied Al-Fitri, yang berarti berakhirnya bulan Ramadhan, bulan ibadah, kehadirannya tidak disambut dengan suka cita sebagaimana yang sekarang umat Islam di Indonesia lakukan, namun justru sebaliknya, kedatangan'Ied Al-Fitri diiringi dengan sedu-sedan tangis para sahabat karena ditinggalkan oleh Ramadhan, kalaulah boleh mungkin 'Ied Al-Fitri tidak usah hadir asal Ramdhan terus berada. Tapi itu tidak mungkin karena waktu pasti terus berlalu. Hadirnya 'Ied Al Fitri berarti berakhirnya peluang tuk memperoleh pahala berlimpah berkah dari Ramdhan.

Sebaliknya, 'Ied Al Adha adalah momentum yang sangat tepat dirayakan. Ia hadir sebagai manifestasi taqarub umat Islam seluruh dunia kepada Alllah Azawajala baik dengan berqurban (memotong hewan) ataupun dengan berhaji, ziarah ke tempat-tempat mukaramah,yang tentu saja pahala sangat berlipat-lipat.Disaat itu diterimanya pengorbanan Nabi Ibrahim atas putranya Nabi Ismail dengan digantikannya dengan seekor domba nan gemuk.

Gemuruh takbir,tahmid,tasbih diseantero jagad terlebih di Makkah Al-Mukaramah seakan mengguncang 'arsy Allah Swt. Ibadah Haji memang merupakan penutup rukun Islam yang lima. Ia sebagai penyempurna keislaman seseorang, setelah bersyahadat,shalat,zakat dan shaum. Akankah aktifitas ibadah seorang muslim terhenti setelah menunaikan rukun Islam yang kelima ini? Yakinkah dia bahwa keberangkatan hajinya ke Makkah bernilai mabrur disisi Allah karena memang dilakukan semata-mata untuk melaksanakan sunatu rasul atau ada motivasi lain? Allahu a'lam. Namun yang jelas Haji bukanlah "the end of the ibadah world". Justru tolok ukurnya mabrur dan tidaknya haji seseorang adalah setelah dia menyelesaikan syarat dan rukun ibadah haji itu. So what else? Jadi haji ini menjadi starting point bagi seorang muslim untuk mengaktualisasikan dirinya apakah dia benar-benar menjadi seorang muslim yang kafaah atau tidak.Dengan berbekal rukun Islam yang sudah lima ia tunaikan, tentu sepak terjangnya akan jauh lebih hebat,lebih semangat, lebih lincah, lebih sakti dibandingkan dengan seorang muslim yang masih bermodal dua,tiga atau empat rukun Islam tentunya. Itu logikanya.So? Yaahh kalo sudah berhaji tapi ternyata ia menganggap bahwa segalanya sudah paripurna,sempurna dan merasa sudah tidak ada yang perlu dilakukan lagi mendingan dia meninggalkan dunia. Karena memang sudah paripurna tadi.Itu kalau pemahamannya seperti tadi. Oleh karena itu menengok akan sunah Rasulullah, Nabi Muhammad saw menunaikan ibadah haji sekali selama hidup beliau. Dan kalau mau merenungkan lagi, saat beliau selesai menunaikan haji yang pertama dan terakhir(sekaligus haji wada',haji perpisahan) beliau langsung mendapat wahyu surat Al-Maidah ayat 3 (coba buka dech Qurannya) yang menyiratkan bahwa tugas yang diamanhkan kepada beliau sudah sempurna, dan tak lama setelah itu beliupun menghadap keharibaan Sang Khaliq. Wafat.....Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Apakah mau seperti itu? Just it depend on your self my bro? Wassalamu'alikum.        

Read More..

Rabu, 07 Oktober 2009

Wong Fei Hung (Faisal Hussein Wong) Adalah Muslim (Ulama)


Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China . Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong , Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab- kan , namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu) . Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari
diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu
tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari

peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea ). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia,Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri
bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton . Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.

Read More..

Selasa, 01 September 2009

Al Chaidar: “Ini Bukan Pengajian Biasa, Tapi Korporasi Jihad yang Mencengangkan”

Jihad tak harus selalu diurus dengan muka serius dan urat tegang. Dia bisa lucu dan jenaka karena bagi mereka : jihad adalah juga wisata umat, yang di dalamnya, terkadang, ada banyak pernikahan.

Dua belas tahun lalu, Al Chaidar sedang menyiapkan tesis akhirnya di Jurusan Antropologi. Dosennya, Profesor Parsudi Suparlan Almarhum, waktu itu meminta tiap mahasiswanya meneliti suku terasing. Sebagai orang Aceh, Chaidar berpikir meneliti suku sendiri, yang kemudian urung karena melihat Aceh sudah sangat kosmopolit.

Dalam pencariannya, Chaidar bertemu dengan sebuah kelompok kecil di Musholla Fisip UI, yang belakangan dikenal adalah bagian dari kelompok Darul Islam. Kelompok tersebut dikenal inferior. Beberapa temannya sempat mengingatkannya agar tidak berteman apalagi mengikuti kegiatan kelompok tersebut. Tapi, penelitian mengharuskannya terlibat jauh. “Ini kelompok DI/NII, saya berkenalan dengan mereka dan sempat ikut ke Afghanistan dan Mindanao untuk menulis dan meneliti.”

Yang terkejut dengan hasil penelitiannya adalah Profesor Parsudi. “Mereka akan jadi teroris,” kata Parsudi waktu itu. Konsep dan pemikiran kelompok tersebut tentang negara, target dan cara mereka mencapai tujuan itu, menjadi patokan kesimpulan itu. Mereka bukan sekadar gerakan tapi sebuah aktifivitas radikal. Yang paling mengejutkan adalah mereka begitu mudahnya menilai nyawa mereka dan juga “lawan”nya sebagai sesuatu yang murah.

Tapi Chaidar belum percaya. “Ilmu saya belum cukup untuk menafsirkan seperti dia,” katanya. Baginya, menjadi teroris adalah sebuah keniscayaan. Apalagi, kelompok ini punya pengalaman pahit di masa orde baru. Mereka pernah trauma, dikejar-kejar aparat pemerintah karena terlibat kasus Usro tahun 1982, masa dimana ketika mereka secara door to door mengajak dan merekrut orang menjadi anggota Darul Islam, yang membuat mereka harus lari ke Malaysia, Lampung, dan juga ke Jawa Timur.

Apa yang diramalkan Almarhum Parsudi pada akhirnya benar : kelompok ini menunjukkan wajah aslinya, menjadi pusat teroris, yang menjadi biang berbagai bom bunuh diri di Indonesia, dalam beberapa tahun belakangan ini. “Saya tidak menduga kelompok yang saya teliti adalah pusat bom bunuh diri dan fokusnya akan sedemikian besar,” kata Chaidar yang sejak tahun 2000 terkena insomnia, dia baru bisa tidur jam enam atau tujuh pagi.

Dia masih saja berpikir, gerakan mereka hanya hit and run, pukul dan lari, bukan orang yang berani kehilangan nyawa seperti kata sang professor. Dia juga masih berpikir, mereka sudah sangat kapok dengan Kelompok Usro. Sebaliknya, mereka mengalami re-radikalisasi di Afghanistan tahun 1983-1985.

Satu per satu akhirnya terbuka. Chaidar misalnya baru tahu kalau teman mengobrolnya selama di Malaysia, Abu Umar, adalah Imam Samudera, buronan paling dicari polisi karena kasus beberapa pemboman. “Saya lihat wajahnya di televisi, saya bilang, loh itukan Abu Umar,” kenangnya.

Dia juga baru tahu belakangan kalau Ustad Hambali, yang kini di tahan di Amerika adalah orang yang pernah menemaninya mencari rokok di Kuala Lumpur, pada sebuah malam sampai menjelang subuh. Tiap kali ke Malaysia, dosen di sebuah universitas di Aceh ini menginap di rumah Imam Samudera atau Ustad Yunus, anggota dari Faksi Ajengan Masduki. ( Faksi Ajengan Masduki adalah salah satu pecahan Darul Islam. Seperti diketahui Darul Islam terpecah-pecah, pertama menjadi 14, kemudian 24, dan 38. Tahun 1992, berdiri Faksi Abdullah sungkar dan Faksi Ajengan Masduki. Keduanya masuk ke Malaysia dan Faksi Ajengan Masduki punya jaringan sangat kuat dengan Osama bin Laden)

Pertemanannya dengan kaum Mujahidin, yang sama sekali tak disengaja itu, membuatnya harus berurusan dengan polisi, digrebek dan diintai. Termasuk semua foto-fotonya dengan Ustad Hambali, Abubakar Baasyir dan tokoh penting lainnya di Malaysia, diambil polisi ketika kantornya di Gang Arab digrebek polisi.

Catatan paspor menunjukkan, Chaidar 23 kali ke Malaysia, untuk urusan dengan kelompok tersebut. Sebagian besar diundang menulis perjuangan dan perkembangan gerakan mereka. “Mereka minta ditulis karena ingin menguasai kelompok DII secara luas. Penguasaan secara luas itu berarti legitimasi, siapa yang akan menjadi pemimpin paling tinggi bagi faksi-faksi yang terpecah,” katanya.

Berteman dengan Imam Samudera dan Abubakar Baasyir, tapi dia tak pernah bertemu Dr. Azhari, baik di Malaysia maupun Indonesia. Dengan Nurdin M Top, dia hanya bertemu sekali, itupun di Indonesia. “Kalau tidak salah, lima hari sebelum Dr Azahari terbunuh di Batu, Malang,” katanya.

Pertemuan itu, katanya, untuk membuka komunikasi negosiasi dengan teroris yang difasilitasi Umar Abduh, bekas narapidana kasus pembajakan pesawat Woyla. “Empat sampai lima hari sebelum Dr Azhari dikepung, saya ditelepon polisi dan diminta ke kantor polisi,” kata Chaidar. Ia menolak dan meminta polisi datang ke rumahnya. Polisi akhirnya datang dan bertanya macam-macam.

Menjumpai Nurdin M Top, dia harus melalui tujuh pos. Di pos pertama, dia harus meninggalkan telepon genggam. Di situ, Umar Abduh minta ikut tapi tidak diijinkan kelompok tersebut. Hanya Chaidar seorang yang dibolehkan. Dia harus berganti naik motor dua sampai tiga kali sebelum akhirnya sampai ke pos ke tujuh, dimana dia bertemu dengan Nurdin M Top, yang memperkenalkan namanya sebagai Mustopa.

Korporasi Jihad

Di Malaysia, Chaidar bertemu dengan Zulkifli Hir atau Marwan. Dia tidak tahu dimana Marwan sekarang. Ada kabar dia sudah ditangkap polisi. Tapi, ketika dicari di Penjara Cipinang, “teman-temannya” bilang, Marwan tidak ada di penjara itu. Chaidar punya kesan khusus terhadap orang ini, seorang akuntan yang punya pergaulan luas, bergaul dengan bule dan orang Kristen, meski dia seorang mujahidin sejati.

Pekerjaannya sebagai akuntan membuatnya bertugas membenahi administrasi dan keuangan di kelompok tersebut. Untuk memudahkan pekerjaannya, Marwan memindahka kantornya dari Port Klang ke Sungai Manggis, agar dekat dengan komunitas kelompoknya. Marwan mengatur semuanya dengan manajemen modern, seperti keuangan, jaringan dan komunikasi. Kantornya mewah, kontras dengan rumah pemimpin kelompok tersebut seperti Abubakar Baasyir, dll.

Manajemen dikelola sangat rapi, berbeda dengan sistem yang dibuat faksi Darul Islam yang sangat tradisional, yang menggerakkan kelompok tersebut dengan modal ingatan, tanpa catatan. “Manajemennya modern dan rapi, sangat disiplin dalam mencatat tiap perihal dan tiap ada rapat, ada minute of meeting, yang tidak boleh dibawa pulang. Ada banyak profesional yang membuat ini bukan pengajian biasa, tapi korporasi jihad yang mencengangkan,” kata Chaidar.

Kantor mewah didirikan Marwan dekat rumah Ustad Abu Umar dan rumah Abu Jibril, yang sederhana. Sebagai catatan : kelompok ini berada dalam satu kompleks cukup besar, di dalamnya ada jalan besar dan mesjid. Gerakan radikal berskala internasional menjadi pilihan sejumlah ustad di kelompok itu. Ustad Abdullah Sungkar dan Ustad Abubakar Baasyir adalah orang yang mencoba melepaskan diri dari NII, dengan mengubah nama NII menjadi Jamaah Islamiyah. Tiap orang diberi pilihan apakah akan tetap menjadi Darul Islam atau NII.

Konsep Jamaah Islam yang dianut diambil dari Umar Abdul Rahman dari Yaman. Jalan pemikirannya adalah ketika negara tidak ada, maka kekuasaan dikembalikan ke jamaah. Mereka tidak memilih konsep Ikhwanul Muslimin yang punya banyak tokoh hebat seperti Muhhamad Qutb Hasan ALbana karena Abdullah Sungkar dan Umar Abu berasal dari Yaman.

Jaringan keluarga

Laporan Sidney Jones menyebutkan jaringan ini sangat geneologis : kepercayaan tertinggi diberikan pada mereka yang mempunyai hubungan darah, atau menjadi saudara karena perkawinan. Jabatan strategis dan penting hanya diberikan pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah, baik karena keluarga atau perkawinan. “Kalau ada yang sangat pintar dan ingin diberi kepercayaan lebih besar tapi dia orang luar, maka orang itu akan dikawinkan dengan salah satu dari antara mereka,” kata Chaidar.

Problem muncul ketika Dr. Azahari tidak mau dikawinkan dengan saudaranya Ustad Abubakar Baasyir. Sebuah jabatan tinggi yang sudah dipersiapkan untuknya urung diberikan. Azahari akhirnya hanya sebagai teknisi. Ini perbedaan mendasar dengan NII yang membolehkan orang baru masuk dan memegang posisi tertentu.

Mereka menyaring dengan sangat ketat, terutama orang “luar” yang tidak punya hubungan darah. Saringan pertama adalah geneologis. “Sidney Jones pernah dengan jenaka mengatakan ada yang sudah diceraikan, dikawin anggota lain, cerai, kawin lagi dengan anggota lainnya sampai akhirnya dikawin lagi oleh orang pertama yang mengawininya. Chaidar punya istilah untuk ini : sebuah pergerakan keluarga yang trans-nasional.

Islam teroris

Chaidar membagi Islam menjadi tiga bagian : Muhammadiyah, NU, dan Islam Sempalan. Islam Sempalan dibagi lagi menjadi Islam Fundamentalis dan Islam Radikal. Irisan antara keduanya disebut Chaidar sebagai Islam Teroris.

Orang-orang yang diteliti Chaidar adalah mereka fundamentalis dan radikal. Fundamentalis adalah orang yang beragama tinggi tapi tidak dengan kesadaran politik tinggi. Mereka biasanya sangat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jargon-jargon agama seperti misalnya memelihara jenggot, baju muslim dll.

Dia mencontohkan Hambali yang sangat penolong karena dalam pahamnya membantu adalah ibadah. “Ketika suatu malam saya kehabisan rokok di rumah Ustad Abu Umar, dia menemani saya mencari rokok tapi ternyata kedai-kedai sudah tutup. Kami akhirnya mencari rokok sampai ke Kuala Lumpur yang perjalanannya sampai dua jam. Kami sampai di rumah Abu Umar sudah menjelang pagi,” kenang Chaidar sambil tertawa. Hambali, yang kini berada di tahanan di Amerika sana, melakukan itu : “Karena dia fundamentalis ketimbang radikal. Bagi dia menolong adalah ibadah.” Imam Samudera contoh yang radikal. Bagi dia lari lebih mulia, ketimbang tertangkap

Pemahaman lainnya adalah bagi mereka jihad adalah wisata umat, yang didalamnya terkadang ada banyak perkawinan.

Syamsul Arifin keberatan dengan penggolongan yang dilakukan Chaidar, yang menyebutkan adanya Islam Teroris. “Sebagai peneliti, anda juga harus melindungi Islam yang punya banyak wajah,” katanya. Menurutnya, tidak ada Islam Teroris, yang ada adalah teroris yang menggunakan Islam sebagai tamengnya.

“Apakah anda tidak bermasalah dengan teroris? Apakah anda setuju dengan kekerasan? Samsul mencecar.

Chaidar menjawab : “Tidak masalah anda tidak setuju, tapi itu objek penelitian saya dan itu riel adanya. Kewajiban saya sebagai peneliti untuk melakukan kategori itu. “

Dia mengakui ada banyak pertanyaan soal penggolongan yang dia lakukan, ada yang setuju, banyak juga yang anti. “Saya mengembalikan ke defenisi awal saja. Para fundamentalis adalah mereka yang memahami agama dengan kuat tapi minus politik.” Kaum Radikal sebaliknya. Mereka kuat dalam agama tapi juga berpolitik. “Kesadaran tinggi tentang Islam, ditambah politik tinggi menjadikan mereka teroris,” kata Chaidar.

Lalu bagaimana pertanggungjawaban kepada publik? “Saya sebut mereka teroris. Banyak orang Islam yang marah, mereka sendiri menerima, bagi mereka itu heroik. Dan mereka menyebut diri mereka sebagai teroris yang baik.”

Wajah Al Chaidar

Yang menggelitik adalah siapakah Al Chaidar? Pertanyaan itu muncul karena ditengah polisi sibuk mencari dan menelisik jaringan teroris, dia bisa dengan bebasnya bertemu dengan sebagian dari mereka. Pertanyaan dan jawabannya begitu menarik sehingga saya tuliskan dalam bentuk tanya jawab.

Tanya : “Untuk apa sebenarnya mereka sering memanggil anda?”

Chaidar : “Mereka meminta saya ikut diskusi.”

Tanya : “Apakah anda tidak dicurigai sebagai “orang”nya polisi?”

Chaidar : “ Mereka menganggap saya teman dengan tingkat trust, kepercayaan tertinggi. Kalau mau lebih tinggi lagi, harus kawin dengan salah satu dari mereka.”

Tanya : “ Bagaimana anda meletakkan posisi anda di antara mereka dan polisi?”

Chaidar (yang sudah berkali-kali diperiksa polisi) : “Saya lebih nyaman berteman dengan mereka karena dalam relasi selama ini dengan kaum Mujahidin, saya lebih dimanusiakan ketimbang oleh polisi.” Dia mengakui pernah dicurigai kelompok tersebut dan pernah dua kali disidang atau tabayun. “Tapi kecurigaan itu lebih karena faksi,” katanya. Dia dituduh menyebabkan tertangkapnya banyak orang di kelompok tersebut. “Saya minta ditunjukkan siapa yang tertangkap karena informasi saya. Atau saya habis berkunjung dan dia tertangkap. Kalau terbukti, halal saya untuk dihukum mati. Dicari ternyata tidak ada, semua yang tertangkap karena ada yang tertangkap sebelumnya, jadi berdasarkan BAP-nya.” Imam Samudera tertangkap karena email dan jaringan telepon. Ini membuat tingkat kepercayaan mereka pada saya makin tinggi.

Tanya : Lalu siapakah anda di mata polisi?
Chaidar : “Saya tidak mengerti tapi saya merasa tidak nyaman dengan polisi. Saya sering diundang dan ditanya dan berusaha menjelaskan. Di mata polisi saya partisipan, di Mujahidin sebagai sahabat.”

Tanya : “Nurdin ada di mana?

Chaidar : “Dilihat dari gesture mereka, mereka cukup nyaman, kelihatannya tidak ada di banten. Tapi yang saya dengar dia sudah kawin ladi dengan seorang perempuan bernama Novi di Pandeglang.”

Tanya : “Kalau Nurdin datang ke rumah anda, apa yang anda lakukan?

Chaidar : “Sama seperti Mullah Umar, saya akan melindungi dia.”

Tanya : “Fakta menunjukkan kelompok teroris itu ada, tapi pasti ada yang menunggangi ketika terjadi aksi teroris?

Chaidar : “Negara selau punya komoditas pada saat tertentu untuk keselamatan negara. Ada yang murni gerakan teroris tapi ada juga yang ditunggangi. Kita tidak boleh mengambil kesimpulan sebagian untuk keseluruhan. Misalnya bom Istiglal, sepenuhnya dilakukan negara melalui agennya yang sudah direkrut melalui jaringan teroris ini.

Tanya : “Kenapa JI pulang ke Indonesia?”

Chaidar : “Karena menurut Osama bin Laden, Indonesia termasuk negara yang kondusif.”

Tanya : “Apakah mungkin ada perjanjian damai dengan teroris? Siapa yang harus memulai?

Chaidar : “Ketaatan mereka pada fatwa adalah ketaatan pada perjanjian. Mereka sangat terikat dengan perjanjian, sebenarnya tidak harus langsung dengan terorisnya. Ada dua kelompok yaitu Kelompok Nurdin M Top dan Kelompok Poso. Perjanjian dilakukan dengan aliansi atau Jamaah Islamiyah misalnya Ustad Abu. Walau mereka membentuk jamaah baru tapi tidak bisa begitu saja meninggalkan pucuknya, yaitu Jamaah Islamiyah.

Tanya : “Apakah Nurdin bisa tidur nyenyak atau tidak?”

Chaidar : “Dia bisa tidur, saya dengar dia kawin lagi di Pandeglang dengan seorang perempuan bernama Novi.“

Ini bagian paling menarik dari seorang Nurdin. Dia menerjemahkan preskripsi ketuhanan dalam fabel kehidupannya secara jenaka. Semua temannya akan bercerita bahwa dia orang yang ramah, murah senyum, dan jenaka. Salah satunya soal pembekalan bagi sang “pengantin” calon pembawa bom bunuh diri. Mereka memang dibekali berbagai hal dengan metode Dauro atau Retreat, tapi disusupi hal-hal ringan dan jenaka. Dia menyebut “pengantin” karena ketika mati karena bom bunuh diri, mereka tak lagi melewati siksa kubur, langsung bertemu bidadari. Debu yang berterbangan usai sebuah bom meledak, diartikan para pelaku bom bunuh diri itu langsung dimandikan bidadari.

“Waktu bertemu Nurdin, ada dua calon “pengantin” disitu. Ketika mereka akan pamit dan mengucap salam, Nurdin bilang begini : I’ll make you famous – aku akan membuatmu terkenal.” Kata Chaidar tertawa satir.

Jakarta, 28 Agustus 2009

Disarikan dari Diskusi Klub Buku dan Film SCTV dengan Al Chaidar
Leanika Tanjung

Read More..

Kamis, 20 Agustus 2009

Sejarah Banten

Banten pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten yang berada di jalur perdagangan internasional, berinteraksi dengan dunia luar sejak awal abad Masehi. Kemungkinan pada abad ke-7 Banten sudah menjadi pelabuhan internasional. Dan sebagai konsekuensi logisnya, Islam diyakini telah masuk dan berakulturasi dengan budaya setempat sebagaimana diceritakan dalam berita Tome Pires pada tahun 1513.

Proses Islamisasi Banten, yang diawali oleh Sunan Ampel, yang kemudian diteruskan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang seluruh kisahnya terekam dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari. Fase sejarah penting menguatnya pengaruh Islam terjadi ketika Bupati Banten menikahkan adiknya, yang beernama Nyai Kawunganten, dengan Syarif Hidayatullah yang kemudian melahirkan dua anak yang diberi nama Ratu Wulung Ayu dan Hasanuddin sebagai cikal bakal dimulainya fase sejarah Banten sebagai Kerajaan Islam (Djajadiningrat, 1983:161). Bersama putranya inilah Sunan Gunung Jati melebarkan pengaruh dalam menyebarluaskan agama Islam ke seluruh tatar Sunda hingga saatnya Sang Wali kembali ke Cirebon .

Takluknya Prabu Pucuk Umun di Wahanten Girang (Banten Girang) pada tahun 1525 selanjutnya menjadi tonggak dimulainya era Banten sebagai kerajaan Islam dengan dipindahkannya pusat pemerintahan Banten dari daerah pedalaman ke daerah pesisir pada tanggal 1 Muharam tahun 933 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 (Michrob dan Chudari, 1993:61).

Atas pemahaman geo-politik yang mendalam Sunan Gunung Jati menentukan posisi istana, benteng, pasar, dan alun-alun yang harus dibangun di dekat kuala Sungai Banten yang kemudian diberi nama Surosowan. Hanya dalam waktu 26 tahun, Banten menjadi semakin besar dan maju, dan pada tahun 1552 Masehi, Banten yang tadinya hanya sebuah kadipaten diubah menjadi negara bagian Demak dengan dinobatkannya Hasanuddin sebagai raja di Kesultanan Banten dengan gelar Maulana Hasanuddin Panembahan Surosowan (Pudjiastuti,2000:61).

Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar di Jawa, sejajar dengan Malaka. Kota Banten terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan sebuah mesjid agung (Djajadiningrat,1983:84).

Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonmian masyarakat. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan disusul oleh orang Belanda.

Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat tindakan orang Belanda (Ekadjati (ed.),1984:97).

Wujud dari interaksi budaya dan keterbukaan masyarakat Banten tempo dulu dapat dilihat dari berkembangnya perkampungan penduduk yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara seperti Melayu, Ternate, Banjar, Banda, Bugis, Makassar, dan dari jawa sendiri serta berbagai bangsa dari luar Nusantara seperti Pegu (Birma), Siam, Parsi, Arab, Turki, Bengali,dan Cina (Leur, 1960:133-134; Tjiptoatmodjo, 1983:64). Setidaknya inilah fakta sejarah yang turut memberikan kontribusi bagi kebesaran dan kejayaan Banten.

Dalam usahanya membangun Banten, Maulana Hasanuddin sebagai Sultan Banten pertama (1522-1570), menitikberatkan pada pengembangan sektor perdagangan dengan lada sebagai komoditas utama yang diambil dari daerah Banten sendiri serta daerah lain di wilayah kekuasaan Banten, yaitu Jayakarta, Lampung, dan terjauh yaitu dari Bengkulu (Tjandrasasmita,1975:323).

Perluasan pengaruh juga menjadi perhatian Sultan Hasanuddin melalui pengiriman ekspedisi ke pedalaman dan pelabuhan-pelabuahn lain. Sunda Kalapa sebagai salah satu pelabuhan terbesar berhasil ditaklukkan pada tahun 1527 dan takluknya Sunda Kalapa tersebut ditandai dengan penggantian nama Sunda Kalapa menjadi "Jayakarta". Dengan takluknya Jayakarta, Banten memegang peranan strategis dalam perdagangan lada yang sekaligus menggagalkan usaha Portugis di bawah pimpinan Henrique de Leme dalam usahanya menjalin kerjasama dengan Raja Sunda (Kartodirdjo, 1992:33-34). 

Pasca wafatnya Maulana Hasanuddin, pemerintahan dilanjutkan oleh Maulana Yusuf (1570-1580), putra pertamanya dari Ratu Ayu Kirana, putri Sultan Demak. Kemasyhuran Banten makin meluas ketika politik ekspansinya berhasil pula menaklukkan Pakuan Pajajaran yang dibantu oleh Cirebon pada tahun 1579 sehingga Kerajaan Sunda akhirnya benar-benar runtuh (Atha, 1986:151-152,189).

Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, sektor pertanian berkembang pesat dan meluas hingga melewati daerah Serang sekarang, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut dibuat terusan irigasi dan bendungan. Danau (buatan) Tasikardi merupakan sumber pemenuhan kebutuhan air bersih bagi penduduk kota , sekaligus sebagai sumber pengairan bagi daerah pesawahan di sekitar kota . Sistem filtrasi air dengan metode pengendapan di Pengindelan Abang dan Pengindelan Putih merupakan bukti majunya teknologi pengelolaan air pada masa tersebut.

Pada masa Maulana Yusuf memerintah, perdagangan Banten sudah sangat maju dan Banten bisa dianggap sebagai sebuah kota pelabuhan emporium, tempat barang-barang dagangan dari berbagai penjuru dunia digudangkan dan kemudian didistribusikan (Michrob dan Chudari, 1993:82-83). Tumbuh dan berkembangnya pemukiman-pemukiman pendatang dari mancanegara terjadi pada masa ini. Kampung Pekojan umpamanya untuk para pedagang Arab, Gujarat , Mesir, dan Turki, yang terletak di sebelah barat Pasar Karangantu. Kampung Pecinan untuk para pedagang Cina, yang terletak di sebelah barat Masjid Agung Banten.

Masa kejayaan Banten selanjutnya diteruskan oleh Maulana Muhammad pasca mangkatnya Maulana Yusuf pada tahun 1580. Maulana Muhammad dikenal sebagai seorang sultan yang amat saleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam ia banyak menulis kitab-kitab agama Islam yang kemudian dibagikan kepada yang membutuhkannya. Kesejahteraan masjid dan kualitas kehidupan keberagamaan sangat mewarnai masa pemerintahannya walaupun tak berlangsung lama karena kematiannya yang tragis dalam perang di Pelembang pada tahun 1596 dalam usia sangat muda, sekitar 25 tahun.

Pasca mangkatnya Maulana Muhammad, Banten mengalami masa deklinasi ketika konflik dan perang saudara mewarnai keluarga kerajaan khususnya selama masa perwalian Abul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir yang baru berusia lima bulan ketika ayahandanya wafat. Puncak perang saudara bermuara pada peristiwa Pailir, dan setelahnya Banten mulai kembali menata diri.

Dengan berakhirnya masa perwalian Sultan Muda pada bulan Januari 1624, maka Sultan Abul Mufakir Mahmud Abdul Kadir diangkat sebagai Sultan Banten (1596-1651). Sultan yang baru ini dikenal sebagai orang yang arif bijaksana dan banyak memperhatikan kepentingan rakyatnya. Bidang pertanian, pelayaran, dan kesehatan rakyat mendapat perhatian utama dari Sultan Banten ini. Ia berhasil menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara lain, terutama dengan negara-negara Islam. Dialah penguasa Banten pertama yang mendapat gelar Sultan dari penguasa Arab di Mekah (1636). Sultan Abdul Mufakhir bersikap tegas terhadap siapa pun yang mau memaksakan kehendaknya kepada Banten. Misalnya ia menolak mentah-mentah kemauan VOC yang hendak memaksakan monopoli perdagangan di Banten (Ekadjati (ed.), 1984:97-98). Dan akibat kebijakannya ini praktis masa pemerintahannya diwarnai oleh ketegangan hingga blokade perdagangan oleh VOC terhadap Banten.

Konflik antara Banten dengan Belanda semakin tajam ketika VOC memperoleh tempat kedudukan di Batavia . Persaingan dagang dengan Banten tak pernah berkesudahan. VOC mengadakan siasat blokade terhadap pelabuhan niaga Banten, melarang dan mencegah jung-jung dari Cina dan perahu-perahu dari Maluku yang akan berdagang ke pelabuhan Banten yang membuat pelabuhan Banten hampir lumpuh. Perlawanan sengit orang Banten terhadap VOC pecah pada bulan November 1633 dengan mengadakan "gerilya" di laut sebagai "perompak" dan di daratan sebagai "perampok" sehingga memprovokasi VOC untuk melakukan ekspedisi ke Tanam, Anyer, dan Lampung. Kota Banten sendiri berkali-kali diblokade. Situasi perang terus berlangsung selama enam tahun, dan ketegangan masih terus terjadi hingga wafatnya Sultan Abul Mufakhir pada tahun 1651 dan digantikan oleh Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya, putra Abu al-Ma'ali Ahmad atau Pangeran Ratu Ing Banten atau Sultan Abufath Abdulfattah atau yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672).

Sultan Ageng Tirtayasa yang ahli strategi perang berhasil membina mental para prajurit Banten dengan cara mendatangkan guru-guru agama dari Arab, Aceh, Makassar, dan daerah lainnya. Perhatiannya yang besar pada perkembangan pendidikan agama Islam juga mendorong pesatnya kemajuan Agama Islam selama pemerintahannya.

Pelabuhan Banten yang semula diblokade VOC perlahan namun pasti mulai pulih ketika Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menarik perdagangan bangsa Eropa lainnya, seperti Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis yang notabene merupakan pesaing berat VOC. Strategi ini bukan hanya berhasil memulihkan perdagangan Banten namun sekaligus memecah konflik politik menjadi persaingan perdagangan antar bangsa-bangsa Eropa.

Selain mengembangkan perdagangan, Sultan Ageng Tirtayasa gigih berupaya juga untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan ke wilayah Priangan, Cirebon, dan sekitar Batavia guna mencegah perluasan wilayah kekuasaan Mataram yang telah masuk sejak awal abad ke-17. Selain itu, juga untuk mencegah pemaksaan monopoli perdagangan VOC yang tujuan akhirnya adalah penguasaan secara politik terhadap Banten (Kartodirdjo, 1988:113-115,150-154,204-209). VOC yang mulai terancam oleh pengaruh Sultan Ageng Tirtayasa yang makin luas pada tahun 1655 mengusulkan kepada Sultan Banten agar melakukan pembaruan perjanjian yang sudah hampir 10 tahun dibuat oleh kakeknya pada tahun 1645. Akan tetapi, Sultan dengan tegas bersikap tidak merasa pelu memperbaruinya selama pihak Kompeni ingin menang sendiri.

Meskipun disibukkan dengan urusan konflik dengan VOC, Sultan tetap melakukan upaya-upaya pembangunan dengan membuat saluran air untuk kepentingan irigasi sekaligus memudahkan transportasi dalam peperangan. Upaya itu berarti pula meningkatkan produksi pertanian yang erat hubungannya dengan kesejahteraan rakyat serta untuk kepentingan logistik jika mengadapi peperangan. Karena Sultan banyak mengusahakan pengairan dengan melaksanakan penggalian saluran-saluran menghubungkan sungai-sungai yang membentang sepanjang pesisir utara, maka atas jasa-jasanya ia digelari Sultan Ageng Tirtayasa (Tjandrasasmita, 1995:116).

Usaha Sultan Ageng Tirtayasa baik dalam bidang politik diplomasi maupun di bidang pelayaran dan perdagangan dengan bangsa-bangsa lain semakin ditingkatkan. Pelabuhan Banten makin ramai dikunjungi para pedaganga asing dari Persia, India, Arab, Cina, Jepang, Filipina, Malayu, Pegu, dan lainnya. Demikian pula dengan bangsa-bangsa dari Eropa yang bersahabat, dengan Inggris, Prancis, Denmark, dan Turki.

Sultan Ageng Tirtayasa telah membawa Banten ke puncak kejayaannya, di samping berhasil memajukan pertanian dengan sistem irigasi ia pun berhasil menyusun kekuatan angkatan perangnya yang sangat disegani, memperluas hubungan diplomatik, dan meningkatkan volume perniagaan Banten sehingga Banten menempatkan diri secara aktif dalam dunia perdagangan internasional di Asia (Ekadjati (ed.), 1984:98).

Puncak konflik antara Banten dengan VOC terjadi setelah Perjanjian Amangurat II dengan VOC membawa pengaruh politik yang besar terhadap Kesultanan Banten, dan setelah pemberontakan Trunojoyo dapat dipadamkan, akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa harus berhadapan dengan VOC (Wangania, 1995:44). Pada saat yang bersamaan Kesultanan Banten mengalami perpecahan dari dalam. Putra mahkota, Sultan Abu Nasr Abdul Kahar, yang dikenal dengan Sultan Haji diangkat jadi pembantu ayahnya mengurus urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar negeri dipegang oleh Sultan Purbaya.Pemisahan urusan pemerintahan ini dimanfaatkan VOC untuk mendekati dan menghasut Sultan Haji guna melawan ayahandanya. Dengan bantuan pasukan VOC, pada tahun 1681 Sultan Haji melakukan kudeta kepada ayahnya dan berhasil menguasai istana Surasowan yang kemudian berada di bawah antara ayah dan anak setahun lamanya hingga Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap akibat pengkhianatan putranya sendiri, Sultan Haji. Sultan Ageng Tirtayasa dipenjarakan di Batavia sampai ia meninggal tahun 1692 dan kemudian dimakamkan di Kompleks Mesjid Agung Banten (Ekadjati, 1995:101-102; Ensiklopedi Sunda, 2000:661; Wangania, 1995:45).

Dengan ditandatanganinya perjanjian pada tanggal 17 April 1684 antara Kesultanan Banten yang diwakili oleh Sultan Abdul Kahar, Pangeran Dipaningrat, Kiai Suko Tajuddin, Pangeran Natanagara, dan Pangeran Natawijaya, dengan Belanda yang diwakili oleh Komandan dan Presiden Komisi Francois Tack, Kapten Herman Dirkse Wonderpoel, Evenhart van der Schuer, serta kapten bangsa melayu Wan Abdul Bagus, maka lenyaplah kejayaan dan kemajuan Kesultanan Banten, karena ditelan monopoli dan penjajahan Kompeni, akibat perjanjian ini Kesultanan Banten diambang keruntuhan. Selangkah demi selangkah Kompeni mulai menguasai Kesultanan Banten. Benteng Kompeni mulai didirikan pada tahun 1684-1685 di bekas benteng kesultanan yang dihancurkan, dan benteng ini dirancang oleh seorang arsitektur yang sudah masuk Islam dan menjadi anggota kesultanan yang bernama Hendrick Lucaszoon Cardeel. Benteng yang didirikan itu diberi nama Speelwijk, untuk memperingati kepada Gubernur Jenderal Speelma. Dengan demikian, praktis Banten sebagai pusat kekuasaan dan kesultanan telah pudar. Demikian pula peran Banten sebagai pusat perniagaan antarbangsa telah tertutup. Tidak ada lagi kebebasan melaksanakan perdagangan (Tjandrasasmita, 1995:118)

Penderitaan rakyat semakin berat bukan saja karena pembersihan atas pengikut Sultan Ageng Tirtayasa serta pajak yang tinggi, selain karena sultan harus membayar biaya perang, juga karena monopoli perdagangan Kompeni. Rakyat dipaksa untuk menjual hasil pertaniannya, terutama lada dan cengkeh, kepada Kompeni melalui pegawai kesultanan yang ditunjuk, dengan harga yang sangat rendah. Raja seolah-olah hanya sebagai pegawai Kompeni dalam hal pengumpulan lada dari rakyat. Pedagang-pedagang Inggris, Francis, dan Denmark, karena banyak membantu Sultan Ageng Tirtayasa dalam perang yang lalu, diusir dari Banten.

Kerusuhan demi kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang bergejolak selama pemerintahan Sultan Haji. Perampokan dan pembunuhan terhadap para pedagang dan patroli Kompeni, baik di luar kota maupun di dalam kota, kerap terjadi dimana-mana. Bahkan pernah terjadi pembakaran yang mengabiskan 2/3 bangunan di dalam kota. Ketidakamanan pun terjadi di lautan, banyak kapal Kompeni yang dibajak oleh "bajak negara" yang bersembunyi di sekitar perairan Bojonegara sekarang. Sebagian besar rakyat tidak mengakui Sultan Haji sebagai Sultan. Oleh sebab itu, kehidupan Sultan Haji selalu berada dalam kegelisahan dan ketakutan. Bagaimanapun penyesalannya terhadap perlakuan buruknya terhadap ayah, saudara, sahabat, dan prajurit-prajuritnya yang setia selalu ada. Akan tetapi, semuanya sudah terlanjur. Kompeni yang dulu dianggap sebagai sahabat dan pelindungnya, akhirnya menjadi tuan yang harus dituruti segala kehendaknya. Karena tekanan-tekanan itu, akhirnya Sultan Haji jatuh sakit hingga meninggal dunia pada tahun 1687. Jenazahnya dimakamkan di pemakamam Sedakingkin sebelah utara Mesjid Agung Banten, sejajar dengan makam ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa (Ismail, 1983:7; Tjandrasasmita, 1967:46; Michrob dan Chudari, 1993:164).

Pasca peristiwa tersebut, Banten memasuki fase sejarah sebagai bagian dari daerah koloni Belanda. Dan perlawanan-perlawanan sporadis menjadi warna yang kental pada masa pemerintahan berikutnya yang praktis tak berdaulat sebagai sebuah negara sebagaimana pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, yang telah berhasil membangun negara modern yang berdaulat.


Read More..

Hilal tak Terlihat, Awal Ramadhan Sabtu

JAKARTA--Sidang itsbat yang berlangsung di Departemen Agama menyatakan hilal (bulan) tak terlihat pada Kamis (20/8). Dengan demikian, 1 Ramadhan 1430 Hijriyah jatuh pada Sabtu (22/8).

"Hilal tidak dapat dilihat, jadi Jumat (21/8) tidak bisa ditetapkan sebagai awal Ramadhan," ujar Menteri Agama (Menag), Maftuh Basyuni, pada sidang tersebut. Dengan tak tampaknya hilal (bulan baru) pada Kamis (20/8), maka bulan Sya'ban dalam kalender Hijriyah dibulatkan menjadi 30 hari hingga Jumat (21/8). Artinya, Ramadhan jatuh pada keseokan harinya.

Penetapan pemerintah atas awal Ramadhan tersebut kemudian mendapatkan tanggapan dari ormas-ormas Islam. Kendati hilal tak tampak, Menag tidak langsung menetapkan awal Ramadhan. Ia lebih dahulu meminta tanggapan dari ormas-ormas Islam, didahului oleh wakil Nahdlatul Ulama (NU), dilanjutkan Persis, dan lalu PUI. Ormas-ormas meminta Menag untuk langsung menetapkan 22 Agustus sebagai awal Ramadhan. rys/rif.Sumber:www.republika.co.id


Read More..